Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Banjir Kali Lamong Menerjang Gresik Lagi

 


Banjir terus menjadi momok desa-desa di sepanjang aliran Kali Lamong. Sabtu lalu (13/3), air dari sungai sepanjang 64 kilometer itu kembali meluber. Sebanyak 23 desa di Kecamatan Benjeng dan Balongpanggang tergenang. Namun, banjir di dua wilayah tersebut sudah berangsur surut.

Kemarin siang (14/3), seperti banjir Kali Lamong sebelum-sebelumnya, genangan bergerak ke wilayah hilir atau ke timur. Air pun menggenangi wilayah Kecamatan Cerme. Salah satunya, Desa Morowudi. Selama ini kawasan tersebut memang menjadi langganan banjir karena kiriman air dari hulu.

Tidak hanya di permukinan, luapan Kali Lamong juga menghambat akses transportasi. Jalan Raya Morowudi tergenang cukup dalam. Ketinggian air sekitar 30 sentimeter. Banjir kali ini tidak hanya melanda Benjeng, Balongpanggang, dan Cerme. Sejumlah desa di Kecamatan Kedamean juga tergenang. Di antaranya, Desa Sudoraharjo, Glindah, dan Tulung.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Gresik Tarso Sugito mengatakan, genangan di wilayah Benjeng, Balongpanggang, dan Kedamean kemarin mulai surut. ’’Tapi, untuk area persawahan, masih banyak yang terendam,” ucapnya.

Sampai kemarin, di wilayah Kecamatan Balongpanggang, tercatat masih ada enam desa yang tergenang. Namun, mayoritas luapan air merendam area persawahan saja. Di enam desa tersebut, total sawah yang masih terendam seluas 154 hektare. Adapun di Benjeng, masih terdapat delapan desa terdampak luapan Kali Lamong dengan ketinggian rata-rata 20 sentimeter. ’’Untuk Benjeng, jumlah sawah yang terendam lebih banyak, yakni 255 hektare,’’ ungkap Tarso.

Dia menambahkan, air mulai bergerak ke wilayah Kecamatan Cerme. Dari data yang masuk, ada lima desa yang tergenang. Ketinggian air berkisar 30 sentimeter. Menurut Tarso, banjir pada pertengahan Maret ini tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan banjir sebelumnya. Meski demikian, kewaspadaan tetap harus diperhatikan.

Saat ini pihaknya masih menetapkan status Kali Lamong dalam zona siaga kuning. Artinya, debit air di kali masih cukup deras. Apabila wilayah hulu kembali diguyur hujan cukup lebat, bukan tidak mungkin Gresik terdampak banjir lagi. ’’Ini masih siaga, kalau wilayah atas sana (hulu Mojokerto dan sekitarnya, Red) hujan, air bisa masuk lagi ke Balongpanggang,” tuturnya.

Dalam setahun terakhir, entah sudah berapa kali banjir Kali Lamong terjadi. Entah sudah berapa banyak sawah gagal panen dampak tergenang tersebut. Padahal, Gresik selama ini termasuk kabupaten lumbung padi. Yang jelas, pemerintah mesti mempercepat proyek normalisasi Kali Lamong. Baik bergerak cepat membangun tanggul pada lahan yang sudah beres maupun membebaskan lahan milik pihak ketiga. Dengan demikian, Kali Lamong tidak lagi menjadi momok.

Sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Pemkab Gresik menyebutkan, pengerjaan tanggul dan parapet oleh pusat untuk wilayah Desa Jono dan Tambakeras, Cerme, mulai berjalan pada awal April. Adapun upaya pembebasan lahan yang tahun ini di APBD dialokasikan anggaran Rp 38 miliar belum berjalan. Menurut dinas pertanahan, upaya pembebasan lahan itu menunggu rekomendasi dari gubernur Jatim.


Posting Komentar

0 Komentar